Wednesday, October 20, 2021

Student Wellbeing

Student wellbeing adalah keadaan emosional siswa berkelanjutan yang menggambarkan adanya positivity mood yaitu suasana hati dan perilaku yang positif dalam hubungan positif dengan teman sebaya dan guru, resiliensi, diri dan sikap yang optimis, dan kepuasan pada pengalaman belajar di sekolah. Teori student wellbeing ini memiliki 4 aspek yaitu positivity, resilience,- self-optimisation, dan satisfaction.


Positivity dijelaskan secara sederhana sebagai keadaan atau karakter yang positif; kepositifan yang dapat diterima secara •universal di manapun. Istilah positif yang digunakan termasuk didalamnya adanya pemaknaan positif dan perilaku optimis yang dapat menyebabkan timbulnya emosi positif. Positivity memperlihatkan adanya efek jangka paruang emosi positif yang dimiliki oleh seSeorang baik bagi kepribadiannya, hubungannya dengan orang lain, konumitas, maupun lingkungan. Hal yang menjadi fokus pada aspek ini adalah bagaimana penilaian siswa terhadap pendidik yang membuat, menyediakan, memodifikasi ruang belajar dan memberikan kesempatan belajar kepada siswa untuk bisa merasakan adanya pengalaman positif seperti merasa aman, nyaman, dan menyenangkan ketika belajar. Selain emosi dan perilaku positif, positivitv juga dilihat dari hubungan positif yang dibangun siswa dengan leman sebaya dan guru.

Resilience mengarahkan pada pentingnya kemampuan dan dukungan yang dimiliki siswa untuk mengembalikan perasaan positif ketika sewaktu-waktu ada kondisi atau situasi yang tidak berjalan dengan baik di sekolah. Selain itu, resiliensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan, kesulitan, dan segala hambatan yang mungkin dihadapi saat berada di sekolah. Sehingga pada definisi ini, resiliensi diartikan sebagai kemampuan Siswa dalam menghadapi se gala hambatan Yang mungkin terjadi, kemudian mampu mengembalikan perasaan positifnya meskipun setelah adanya perubahan-perubahan, tantangan, kekecewaan, dan situasi sulit sehingga kembali pada situasi wellbeing . Biasanya sumber-sumber masalah yang muncul berasal dari keluarga, perubahan atau kehilangan relasi pertemanan, performa akademik Yang buruk, dan kekecewaan karena sesuatu yang dihadapi tidak berjalan sesuai dengan yang seharusnya (misalnya tidak dipilih sebagai anggota dalam suatu kelompok tertentu).

Self-optimisation atau perasaan optimis diartikan sebagai kesadaran realistis individu terhadap kemampuan diri, yaitu Inampu menunjukkan keinginan Yang kuat untuk menggunakan kemampuan tersebut dalam mengembangkan potensi pribadi yang dimiliki (misalnya kecerdasan, kemampuan sosial, emosional, fisik, dan spiritual). Siswa dapat melihat intelegensi atau keinampuannya dalam menyelesaikan masalah sebagai suatu kuantitas fixed Yang dimiliki , atau sebagai suatu kuantitas malleable yang dapat ditingkatkan dengan usaha dan proses belajar . Siswa dengan Jixed mmdset meyak'ini bahwa kemampuan intelektualnya terbatas sehingga hal tersebut dapat nwnyebabkan sisxva berpikir destruklif, perasaan negatif, perilaku negatif. Siswa dengan growth mindset lebih sering mempersepsi berbagai tanthngan sebagai sebuah kesempatan untuk belajar. Respon yang diberikan biasanya konstruktif, merasakan adanya perasaan positif karena bersemangat menghadapi tantangan, serta memiliki perilaku positif. Siswa dengan mindset ini lebih fokus pada mastery goals atau learning goals (tujuan pembelajaran) karena mereka mengerjakan berbagai tugas yang diyakini membantu belajar baik mempelajari hal baru maupun suatu keterampilan dan pengetahuan tertentu.

Satisfaction (kepuasan) menjelaskan tentang bagaimana kepuasan yang dirasakan siswa tehadap kualitas dan relevansi pengalaman belajarnya di sekolah serta sejauh mana siswa merasa ikut berperan dan berpengaruh dalam pengalaman belajar tersebut. Siswa dengan level yang optilual atau tinggi akan memperlihatkan perilaku-misalnva kemampuan akademik yang perilaku positif terhadap kegiatan sekolah.



Noble, T. & McGrath, H. (2008).  The positive educational practices framework: a tool for facilitating the work of educational psychologists in promoting pupil wellbeing.  Educational and Child Psychology, 25(2), 119-134.  (2015).  The PROSPER school pathways for student wellbeing: policy and practices.  Switzerland: Springer International Publishing.  

Noble, T., McGrath, H. L. Roffey, S. & Rowling, L. (2008).  Scoping study into approaches to student wellbeing.  Report to the Department of Education, Employment and Workplace Relations.

Friday, October 15, 2021

The Tree Plantation Campaign



https://gelorajatim.com/smp-muhammadiyah-1-surabaya.../
SMP Muhammadiyah 1 Surabaya Receives Idym Foundation Support
Gelorajatim.com - Idym Foundation is a foundation in India that focuses on activities about space and earth. This foundation empowers the minds of the young generation to unlock hidden talents and potentials, empowers imagination, instills independence, and how the younger generation is reliable in achieving their positive goals.
The Igniting Dreams Of Young Minds Foundation is an educational platform for every young soul aimed at the entire community of students from any schools and colleges around the world.
Roro, as he is familiarly called, is a teacher at SMP Muhammadiyah 1 Surabaya and a member of this foundation, said that on June 5, 2021, IDYM foundation held The Tree Plantation Campaign. This activity was attended by more than 350 teachers and students from all over the world.
"Five of the participants are students of SMP Muhammadiyah 1 Surabaya," said Roro.
IDYM Foundation appreciates the participation of SMP Muhammadiyah 1 Surabaya as evidenced by photos and videos of student activities during tree planting campaigns around the world. The environment is very important for the survival of all living things. Because if the environment does not exist, then humans, animals, and plants cannot survive longer.
According to Ravishankar Kumar as the founder of the foundation stated, "This activity was held because trees are life saviors. Not only do they provide us with oxygen, but also provide various medicinal extracts that treat various diseases," he said.
With the theme “Plant Trees, Save Trees” this World Environment Day, let's plant young trees in our gardens or neighborhoods and contribute to a greener and pollution-free environment while working together to restore our ecosystem.


Penyemprotan Desinfektan di SMP Muhammadiyah 1 Surabaya




 

Fortasi Daring SMP Muhammadiyah 1 Surabaya






 

Juara Membuat Video



Hadiah dari Kinemaster masing masing Rp 250.000 dan souvenir tas Black Denim dari Korea Selatan untuk 5 video karya siswa terbaik dari SMP Muhammadiyah 1 Surabaya





Kerja Bakti

Kerja bakti adalah kegiatan sosial yang berguna untuk membersihkan lingkungan sekitar dari berbagai kotoran yang menganggu. Ada banyak sekali manfaat kerja bakti, baik bagi lingkungan dan kehidupan manusia.
Beberapa yang manfaat kerja bakti yang bisa disebutkan adalah sebagai berikut:
(1). Lingkungan menjadi bersih karena selalu terpelihara dan terawat.
(2). Sumber penyakit, seperti malaria, demam berdarah bisa dihilangkan dan hal ini mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit.
(3). Penghematan biaya : bila masing-masing warga mau menyumbang sedikit tenaga, maka tidak perlu lagi membayar ongkos petugas untuk membersihkan lingkungannya.
(4). Menjadi wadah silaturahmi antar warga : dengan ikut dalam kegiatan ini, warga yang satu bisa bertemu dan berbincang satu dengan lainnya. Hal itu akan memperkukuh silaturahmi antar warga.
(5). Membuat lingkungan menjadi nyaman dan indah : dengan tidak adanya ilalang, taman tertata dengan baik, maka sebuah lingkungan akan menjadi enak dilihat dan nyaman untuk ditinggali.
(6). Mengajak anak-anak dalam kegiatan ini memungkinkan mereka saling mengenal satu dengan yang lain dan mengajarkan tentang bagaimana menjaga lingkungan dan alam. Jangan pernah remehkan manfaat kerja bakti.







 

Thursday, October 14, 2021

Supervisi Silang Pengawas Sekolah


Pada hari Rabu, 13 Oktober 2021 bertempat di SMP YPPI 1 Surabaya, seluruh sekolah swasta (7 sekolah) di Kecamatan Simokerto dibina oleh Bapak Kohar. Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah secara profesional dalam rangka membimbing, membina, memfasilitasi dan membantu Kepala Sekolah, Guru dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan efektivitas dan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan. Pengawasan supervisi silang dilakukan untuk lebih meningkatkan mutu sekolah.


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dalam pasal 6 ayat (2) dinyatakan bahwa siklus kegiatan memetakan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan; membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan; dan memfasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan pada Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan dan dilaksanakan secara berkelanjutan oleh Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Pemerintah mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan untuk mendukung proses pemetaan mutu pendidikan yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi tentang mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data dan informasi dalam sistem informasi mutu pendidikan dilakukan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dibantu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan sekolah.

➢ Sekolah dapat membentuk tim yang terdiri atas pihak-pihak relevan agar dapat mengawal proses pengumpulan data dan informasi pemetaan mutu berjalan optimal.
➢ Kepala sekolah dan tim yang terlibat dalam pengisian hendaknya mempelajari secara seksama setiap butir pernyataan pada masing-masing komponen dengan membaca bagian panduan teknis pengisian kuesioner yang dijabarkan pada bagian setelahnya.
➢ Kepala sekolah dan tim dapat berkonsultasi dengan pengawas sekolah atau petugas pemetaan mutu daerah atau Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan untuk memperoleh informasi dan klarifikasi lebih lengkap terhadap setiap butir pertanyaan pada instrumen.

Kompetensi Guru



Guru adalah pilar pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh peran strategis para guru. Itulah yang menjadi alasan kompetensi guru harus terus ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman.

Guru memiliki beban tugas yang sangat berat, tidak hanya bertanggung jawab kepada para anak didiknya, tapi juga pada negara. Guru bahkan memiliki peran sentral dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pada UU No. 14 Th. 2005 Pasal 8, dituliskan beberapa hal yang wajib dimiliki oleh guru dan juga dosen, yaitu:
Kualifikasi Akademik, minimal lulus jenjang pendidikan Sarjana atau Diploma 4.
Kompetensi, yang akan ditekankan lagi pada saat pendidikan profesi guru.
Sertifikat Pendidik, diberikan setelah melaksanakan sertifikasi guru dan dinyatakan sudah bisa memenuhi standar profesional.
Sehat Secara Jasmani dan Rohani.
Memiliki Kemampuan, untuk mendukung terwujudnya Tujuan Pendidikan Nasional.


Berdasarkan UU, ada 4 kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru, yaitu:

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.

Setidaknya ada 7 aspek dalam kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai, yaitu:
Karakteristik para peserta didik. Dari informasi mengenai karakteristik peserta didik, guru harus bisa menyesuaikan diri untuk membantu pembelajaran pada tiap-tiap peserta didik. Karakteristik yang perlu dilihat meliputi aspek intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dll.
Teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru harus bisa menerangkan teori pelajaran secara jelas pada peserta didik. Menggunakan pendekatan tertentu dengan menerapkan strategi, teknik atau metode yang kreatif.
Pengembangan kurikulum. Guru harus bisa menyusun silabus dan RPP sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. Mengembangkan kurikulum mengacu pada relevansi, efisiensi, efektivitas, kontinuitas, integritas, dan fleksibilitas.
Pembelajaran yang mendidik. Guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, namun juga melakukan pendampingan. Materi pelajaran dan sumber materi harus bisa dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengembangan potensi para peserta didik. Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda. Guru harus mampu menganalisis hal tersebut dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, supaya setiap peserta didik bisa mengaktualisasikan potensinya.
Cara berkomunikasi. Sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan efektif saat menyampaikan pengajaran. Guru juga harus berkomunikasi dengan santun dan penuh empati pada peserta didik.
Penilaian dan evaluasi belajar. Penilaiannya meliputi hasil dan proses belajar. Dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi terhadap efektivitas pembelajaran juga harus bisa dilakukan.

Kompetensi Pedagogik bisa diperoleh melalui proses belajar masing-masing guru secara terus menerus dan tersistematis, baik sebelum menjadi guru maupun setelah menjadi guru.

2. Kompetensi kepribadian

Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal. Ada indikator yang mencerminkan kepribadian positif seorang guru yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum, dll. Kepribadian positif wajib dimiliki seorang guru karena para guru harus bisa jadi teladan bagi para siswanya. Selain itu, guru juga harus mampu mendidik para siswanya supaya memiliki attitude yang baik.


3. Kompetensi profesional

Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan atau keterampilan yang wajib dimiliki supaya tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik.

Keterampilannya berkaitan dengan hal-hal yang cukup teknis, dan akan berkaitan langsung dengan kinerja guru. Adapun indikator Kompetensi Profesional Guru diantaranya adalah:
Menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir keilmuannya.
Menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD) pelajaran, dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu.
Mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik.
Mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara kontinu.
Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran dan juga pengembangan diri.

Dengan menguasai kemampuan dan keahlian khusus seperti yang sudah dijelaskan di atas, diharapkan fungsi dan tugas guru bisa dilaksanakan dengan baik.

Dengan demikian, guru mampu membimbing seluruh peserta didiknya untuk mencapai standar kompetensi yang sudah ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi sosial

Kompetensi Sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap dan berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.

Indikator dari Kompetensi Sosial Guru diantaranya:
Mampu bersikap inklusif, objektif, dan tidak melakukan diskriminasi terkait latar belakang seseorang, baik itu berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin, ras, latar belakang keluarga, dll.
Mampu berkomunikasi dengan efektif, menggunakan bahasa yang santun dan empatik.
Mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Mampu beradaptasi dan menjalankan tugas sebagai guru di berbagai lingkungan dengan bermacam-macam ciri sosial budaya masing-masing.

Uji kompetensi guru

Sebagai tolok ukur kompetensi dari tiap-tiap guru, maka negara melalui Kemendikbud menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru. Kegiatan tersebut menguji Kompetensi Pedagogik dan Profesional atau Subject Matter.

Hasil dari UKG akan menunjukan peta penguasaan kompetensi guru. Peta penguasaan tersebut kemudian bisa digunakan oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan program pembinaan dan pengembangan profesi guru. Guru yang berhasil lulus UKG kemudian bisa mendapat Sertifikat Pendidik.

Lembaga pendidikan bisa membantu setiap guru yang ada di bawah naungannya untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas pengajaran. Lembaga pendidikan dapat menyelenggarakan pelatihan terstruktur yang diselenggarakan secara mandiri.


Wednesday, October 13, 2021

Instrumen Monitoring dan Evaluasi Gerakan Literasi Sekolah




Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di tingkat SMP dibagi menjadi tiga tahap, yakni : pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Setiap tahap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan yang berbeda-beda seperti berikut:

Tahap Pembiasaan
Kegiatan literasi di tahap pembiasaan, yakni membaca dalam hati. Secara umum kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:
1) Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
2) Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
3) Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik;
4) Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

Tujuan membaca dalam tahap ini lebih mengarah kedalam penumbuhan minat baca siswa melalui kegiatan membaca 15 menit. Dalam tahap pembiasaan, indikator yang harus dicapai siswa yaitu:
1) Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan setiap hari.
2) Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan selama minimal 1 semester.
3) Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.
4) Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
5) Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran.
6) Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area lain di sekolah.
7) Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
8) Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.
9) Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
10) Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah.

Untuk memenuhi indikator tersebut, maka dalam tahap pembiasaan harus memiliki prinsip yang wajib untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Prinsip- prinsip kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dipaparkan sebagai berikut:
1) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah dapat memilih atau menjadwalkan waktu yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan tersebut, baik di awal, tengah atau akhir pelajaran, tergantung pada jadwal dan kondisi sekolah.
2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
3) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
4) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan kesenangannya.
5) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugas- tugas yang bersifat tagihan/penilaian.
6) Kegiatan membaca/membacakan buku ditahap ini dapat diikuti oleh diskusi informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan.
7) Kegiatan ini dilakukan dalam keadaan santai, tenang dan menyenangkan.
8) Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, guru sebagai pendidik juga ikut membaca buku.

Kegiatan-kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dibagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya:
· Membaca 15 menit setiap hari melalui kegiatan:
1) Guru membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya
2) Peserta didik membaca mandiri.

Tujuan kegiatan ini adalah:
1) Memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa membaca
2) Menunjukkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan
3) Memperkaya kosakata (dalam bahasa tulisan)
4) Menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru
5) Mengajarkan strategi membaca
6) Guru sebagai teladan membaca (reading role model).

· Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan Tujuannya adalah untuk:
1) Memperkenalkan proses membaca
2) Mengembangkan kemampuan membaca secara efektif
3) Meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.

Langkah-langkah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakan dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Sebelum membaca : (1) berdasarkan informasi perpustakaan yang dijelaskan oleh pustakawan, peserta didik memilih buku yang tepat esuai dengan tugas yang diberikan guru mata pelajaran.(2) melakukan pra-baca dan baca ulang dengan tujuan mengetahui jalannya cerita.
2) Saat membaca : (1) mengingat pokok pikiran yang dituliskan dibuku,
(2) membuat jembatan keledai untuk membantu mengingat isi buku.
3) Setelah membaca (1) membuat pokok pikiran dengan kalimat lengkap,
(2) membuat peta cerita atau bingkai cerita, (3) membuat ringkasan lengkap atau synopsis buku.

· Membaca terpadu
Tujuan membaca terpadu adalah untuk meningkatkan pemahaman pesera didik terhadap bacaan, mampu menganalisis bacaan, memberi tanggapan dan mampu membaca mandiri.
· Membaca mandiri
Tujuannya adalah untuk mengasah kemandirian peserta didik dalam membaca, mengevaluasi kefasihan peserta didik memahami bacaan dan membangun tanggung jawab peserta didik.


Tahap Pengembangan
Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan, namun tidak dinilai secara akademik. Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari kegiatan di tahap pembiasaan.
Tahap pengembangan memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan tulisan;
2) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru tentang buku yang dibaca;
3) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif;
4) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Selain memiliki tujuan, dalam tahap pengembangan tidak jauh berbeda dengan tahap pembiasaan maka tahap pengembangan juga memiliki prinsip seperti berikut:
1) Buku yang dibaca/dibacakan merupakan buku nonpelajaran dan merupakan buku yang diminati siswa.
2) Kegiatan membaca/membacakan buku dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya atau seni peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang kemampuan peserta didik.
3) Tugas-tugas yang disebutkan diatas tidak nilai secara akademik.
4) Kegiatan membaca berlangsung dalam situasi menyenangkan.
5) Terbentuknya tim liiterasi sekolah (TLS). Dibentuknya TLS untuk menunjang keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS.

Dalam tahap pengembangan, kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara berkala. Berkala yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dapat dilakukan dalam jangka waktu misalnya 1-2 minggu sekali, jadi hal ini tidak dilakukan setiap hari. Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan tindak lanjut dalam tahap pengembangan:
1) Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian.
2) Bedah buku, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali isi buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait kekurangan dan kelebihan buku tersebut.
3) Reading award, yaitu member penghargaan ketika siswa dapat menyelesaikan tugas membaca dan menyelesaikan tugasnya. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menambah lagi buku- buku yang dibaca.
4) Mengembangkan iklim literasi sekolah, yaitu dengan cara mengembangkan lingkungan social dan efektif, misalnya dengan mengadakan seminar tentang literasi.

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1) Ada kegiatan 15 menit membaca: (1) membaca dalam hati dan/atau (2) membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari.
2) Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan.
3) Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca.
4) Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca selama kegiatan berlangsung
5) Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik
6) Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor sekolah
7) Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi.
8) Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala.
9) Ada poster-poster kampanye membaca.
10) Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah
11) Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu bertemakan literasi.
12) Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.

Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi sekolah dalam tahap pembelajaran bertujuan untuk:
1) Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengkaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3) Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif dalam bentuk verbal, tulisan, visual dan digital melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Berdasarkan tujuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam tahap pembelajaran dalam berliterasi adalah untuk menumbuhkembangkan cara berpikir siswa agar menjadi lebih kreatif melalui buku bacaan dan buku pelajaran.
Beberapa prinsip yang perlu dalam tahap pembelajaran, antara lain:
1) Buku yang menjadi bahan bacaan dapat berupa buku pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimedia, dan juga dapat membaca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu;
2) Ada tagihan yang bersifat akademik, namun apabila terkait dengan mata pelajaran.

Prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan berikut merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan berliterasi dalam tahap pembelajaran dan diharapkan agar prinsip tersebut dapat diikuti oleh pelaksana gerakan literasi sekolah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam melaksanakan prinsip dan untuk mencapai tujuan maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1) 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non=akademik atau akademik.
2) Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik
3) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran
4) Menggunakan lingkungan fisik, social dan afektif, dan akademik disertai beragam bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
5) Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembelajaran, dapat dinilai secara akademik. Untuk menentukan ketercapaian kegitan literasi dalam tahap pembelajaran maka dibuat indikator. Indikator-indikator yang digunakan adalah antara lain:
1) Kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi kebutuhan semua warga sekolah.
2) Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.
3) Ada pengembangan berbagai strategi membaca.
4) Kegiatan membaca buku non pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh murid dan guru, perbedaannya ada tagihan akademik untuk peserta didik.
5) Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secra lisan maupun tulisan.(tagihan akademik)
6) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran, misalnya dengan menggunakan graphic organizers.
7) Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik.
8) Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, social, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan yang kaya literasi diluar buku mata pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
9) Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran yang dinilai secara akademik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah.
10) Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi, yang dilihat dari tagihan akademik.
11) Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
12) Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan peserta didik dalam berliterasi yang akan ditampilkan dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
13) Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan.
14) Tim literasi sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program literasi sekolah.
15) Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi sekolah dan pengembangan professional warga sekolah tentang literasi.


Friday, October 8, 2021

Pentingnya Membaca



Membaca pada era globalisasi sekarang ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seorang siswa. Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Kegiatan membaca erat hubungannya dengan minat membaca itu sendiri, tanpa adanya minat siswa tidak akan tertarik untuk membaca. Minat merupakan faktor yang sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Meskipun motivasinya sangat kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca 



Minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Minat membaca juga diartikan sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Minat membaca meliputi perasaan senang terhadap buku bacaan, kesadaran akan manfaat membaca, jumlah buku bacaan yang pernah dibaca, dan perhatian terhadap buku bacaan. 

Kebiasaan membaca merupakan salah satu bentuk minat terpola, dimana kebiasaan itu hadir akibat adanya pengaruh yang diberikan secara signifikan kepada seseorang. Kebiasaan membaca timbul karena adanya motivasi yang diberikan guru kepada siswa untuk menyadari manfaat yang dapat dirasakan dari membaca untuk kehidupannya. Sehingga tidak diragukan lagi, bahwa kegiatan membaca merupakan sarana penting bagi setiap orang yang ingin maju. Begitu pula dengan para pelajar, membaca merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan tidak hanya pengetahuan tetapi juga hasil belajar. Sebagai seseorang yang berperan dalam pembinaan kegiatan membaca di kalangan siswa maka tugas guru adalah memberikan motivasi untuk mendorong kesadaran siswa agar mau melakukan kegiatan membaca. 

Manfaat Membaca





Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Dengan membaca siswa dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara berfikir seorang siswa. 

Beberapa manfaat membaca, antara lain: 

1. Meningkatkan pengembangan diri siswa Dengan membaca siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. 

2. Memenuhi tuntutan intelektual Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan lain seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di internet, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan katakata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual. 

3. Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

4. Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca siswa dapat mengetahui peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan kehidupan nyata.

Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.





Kegiatan rutin ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Tujuan umum gerakan literasi sekolah yaitu untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu adapula tujuan khusus gerakan literasi sekolah diantaranya yaitu:



  • Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.
  • Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
  • Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
  • Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Kegiatan Literasi di SMP Muhammadiyah 1 Surabaya telah berjalan dengan baik sesuai dengan Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 1 Surabaya. Kegiatan ini dikelola oleh TIM Literasi Sekolah . Pepustakaan yang merupakan pusat dari literasi sekolah dimanfaatkan oleh siswa dalam melaksanakan program literasi, selain itu setiap kelas memiliki pojok baca.

Prinsip literasi sekolah merupakan pedoman yang mendasari gerakan literasi sekolah. Adapun prinsip literasi sekolah adalah sebagai berikut.
  • Literasi sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.
  • Pelaksanaannya harus berimbang dengan berbagai jenis/ragam teks serta memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan peserta didik.
  • Berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum.
  • Literasi sekolah harus dijalankan secara berkelanjutan.
  • Literasi harus disertai kegiatan kecakapan dalam berkomunikasi secara lisan.
  • Dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman.

Kegiatan literasi sekolah bisa diisi secara bervariasi, bergantung pada kreativitas peserta didik, kegiatan Literasi yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Surabaya adalah :
Kegiatan wajib kunjungan ke perpustakaan
Pembuatan mading kelas atau sekolah setiap minggu/bulan.
Membaca surat pendek dari Alqur'an setiap awal pelajaran
Membaca buku non pelajaran .
Membuat pohon literasi di setiap mading kelas.
Kegiatan menghafal kosa kata baru dan menuliskannya dalam bentuk kalimat.
Mengadakan perlombaan karya literasi setiap satu semester.
Membuat perpustakaan mini / Pojok Literasi di dalam kelas beserta spot membaca yang  nyaman.